KONGGRES IPMALAY 2004

Kamis, 13 Maret 2008

KONGGRES IPMALAY 2004
KALIURANG, 10 & 11 April 2004

Materi termuat Buletin IPMALAY 05

Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 10 & 11 April 2004, IPMALAY menyelenggarakan salah satu agenda penting. Even yang bertujuan untuk menentukan di tangan siapakah tongkat estafet kepengurusan IPMALAY akan diserahkan. Dari segi kuantitas, anggota IPMALAY terbilang banyak (200-an anggota). Namun dikarenakan berbagai sebab, terutama kesibukan utama dalam aktivitas perkuliahan, dll, tidak semua dapat terlibat dalam setiap even yang diselenggarakan IPMALAY. Tanpa kecuali pada konggres tersebut.
Konggres ini dihadiri oleh120 peserta. Rumusan awal konggres ini telah ada dari beberapa pertemuan yang dilaksanakan para pengurus periode 2002-2004 dengan beberapa kandidat yang muncul. Samsul Rizal (Endo) sebagai ketua IPMALAY dan para pengurus dalam beberapa koordinasi intensif menjelang dilaksanakannya konggres menyusun sebuah kepanitiaan berkaitan dengan konggres dan berbagai hal lainnya seputar pertanggungjawaban kepengurusannya pada periode tersebut. Konggres akhirnya dilaksanakan, dipimpin oleh sdr Hellyanto sebagai ketua panitia konggres. Diterbitkannya sebuah booklet sebagai panduan bagi pelaksanaan baik secara konseptual maupun teknis konggres ini, menjadikan forum ini pada prosesnya dapat terfokus dan tertata rapi.
Konggres ini memunculkan lima kandidat ketua yaitu : sdr. Mulyadi Saragih, sdr Indra, sdr Rudi S. Siregar, sdr Heri Siswanto dan Sdr Agung Sugiri. Dinginnya Kaliurang ternyata tidak mampu meredam hangatnya suasana konggres yang pada akhirnya menetapkan sdr. Agung Sugiri (IP UGM, ’00) sebagai ketua IPMALAY, periode 2004-2006. Dalam konggres ini juga, rumusan tentang kepengurusan yang akan mendampingi ketua IPMALAY dikupas habis. Kepengurusan IPMALAY ditetapkan, dengan rincian :
Ketua : Agung Sugiri
Wa.ketua : Rudi S. Siregar
Sekretaris : Kasrini
Bendahara : Sarini
Ka.Pendidikan : Mulyadi Saragih
Ka.Litbang & Strat : Rukman
Ka.RT : Heri Siswanto
Hamdy Erazona Siregar

Dan para pengurus yang lama ditetapkan sebagai SC (Steering Committee). Sehingga diharapkan kinerja kepengurusan yang lebih terkoordinir dan adanya referensi dari SC dapat berperan sebagai kontrol bagi para pelaksana kebijakan (red.pengurus).
Hanya puji dan syukur yang pada akhirnya terlahir dari hati masing-masing peserta, mengingat setapak langkah penting bagi kesinambungan IPMALAY telah dilalui. Berbagai spekulasi tentang kecenderungan yang biasanya muncul pada tiap prosesi pergantian kepengurusan seperti munculnya sentimen yang menjurus pada situasi yang tidak sehat ternyata terbantahkan. Segala aktivitas berlangsung lancar, dalam suasana keakraban.
Selamat deh BRur!!
PENGAJIAN, DISKUSI-DISKUSI, DAN RAPAT-RAPAT KOORDINASI
Sebagai sebuah agenda program rutin yang dari jaman “dulu” telah ada, pengajian dan diskusi ternyata tetap dibutuhkan bagi keterjaminan fondasi mental IPMALAY. Pengajian dan diskusi meskipun oleh kebanyakan orang terasa retoris, untuk tidak mengungkapkannya dalam bentuk “membosankan” atau “basi”, ternyata tetap memainkan peranannya sebagai salah satu program yang paling strategis, terkait dengan tujuan utama IPMALAY, sebagai forum silaturahmi.
Pengajian dan diskusi yang diadakan di sekretariat IPMALAY ini kebanyakan bertemakan upaya membangun kesadaran kritis (lagi?!). Ya, kembali pada premis bahwa tidak ada proses yang final, berbagai topik bahasan dikupas dalam diskusi-diskusi baik yang bersifat formal,sampai yang bersifat informal. Sebuah perbedaan yang jelas dari tawaran berupa pengajian, diskusi (formal), maupun yang informal. Secara umum IPMALAY berusaha agar segala upaya yang ada dapat dikemas dengan lebih “menarik”, salah satunya dengan menghadirkan ustad atau pembicara yang lebih familier dengan segmen audiensnya yang kebanyakan masih ABG atau “merasa ABG”. Penyampaian bahasan maupun program-program IPMALAY selalu melalui proses filtrasi dalam forum rapat-rapat koordinasi yang bersifat accidental, bukan dengan maksud menggurui maupun “menokohi” para anggota. Hal ini dilakukan lebih pada tujuan “mengemas” dengan lebih baik. Bahkan sampai pada level personal, gaya bahasa yang akan digunakan selalu melewati proses yang panjang.
Aktivitas “rutin” yang lain selain pengajian dan diskusi-diskusi adalah rapat-rapat koordinasi. Adalah sulit untuk melakukan kegiatan tanpa melibatkan beberapa pertimbangan yang dalam perkembangannya akan berdampak bagi hasil kegiatan tersebut. Dalam beberapa aktivitas yang terkoordinir sekalipun, IPMALAY masih menjumpai kekurangan-kekurangan teknis hanya karena lemahnya koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat sebagai pelaksana, apalagi anggota-anggota yang lebih bersifat partisipatif. Mengingat pentingnya koordinasi tersebut, frekuensi diadakannya rapat ini termasuk tinggi, dibandingkan aktivitas yang lain. Bahkan dalam beberapa kesempatan rapat koordinasi yang lebih “santai”, seringkali kebablasan. Pernah suatu malam (kebanyakan rapat diselenggarakan malam hari sampai pagi), sekretariat yang masih berstatus rumah kontrakan, didatangi pemilik kontrakan setelah beliau mendapatkan teguran dari tetangga dan pemuda, karena terlalu “ribut”. Tapi masalah-masalah tersebut tidak pernah menjadi masalah yang berkepanjangan.
NAPAK TILAS KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 2004
Ada beberapa hal yang setelah kita menjadi seorang mahasiswa terlupakan dan bahkan tidak jarang terbuang begitu saja menjadi masa lalu kita. Beberapa peristiwa bersejarah yang biasanya diperingati secara formal ketika kita masih di jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebenarnya adalah momentum masing-masing kita untuk mengapresiasikannya sesuai dengan dinamika perubahan yang ada sekarang. Namun, justru yang terjadi adalah kebalikannya. Kebanyakan justru menyikapinya lebih sebagai formalitas belaka dan “membosankan” karena aspek ritualnya yang berbelit-belit.
Pada peringatan proklamasi kemerdekaan 17-Agustus beberapa waktu kemarin, para pengurus IPMALAY mencoba menerobos anggapan lama tersebut. Kegiatan yang dimulai pada pagi hari, dengan berjalan kaki, berawal dari sekretariat IPMALAY menuju ke kawasan-kawasan yang memiliki nilai sejarah, seperti Kantor Pos Besar, istana presiden, tugu Jogja, monumen serangan umum 1 Maret dan berakhir di monumen peringatan “Jogja Kembali”, mengembalikan nuansa-nuansa yang sempat hilang. Semangat nasionalisme dan patriotisme berbangsa seakan tergugah kembali terlebih dengan suasana kota Jogjakarta yang memang selalu meriah dalam memperingati hari besar nasional. Aktivitas yang memang tidak terikat dengan beragam atribut maupun prosedur formal, menjadikan kegiatan ini lebih santai. Dan semestinya tanpa harus adanya keterikatan formal, kesadaran akan tanggungjawab sebagai bangsa Indonesia dapat tumbuh subur tanpa adanya kesan “keterpaksaan”.
IPMALAY GOES TO BANDUNG DAN BOGOR ??
Berangkat dari gagasan untuk mempererat silaturahmi dengan warga Labuhanbatu yang berdomisili di kota selain Jogja, 19 September 2004 IPMALAY mengadakan kunjungan ke Bandung dan Bogor. Kebanyakan pelajar dan mahasiswa memang memilih 2 kota ini selain Jogja dan Jakarta, dalam rangka melanjutkan studinya di Jawa. Sebelumnya, beberapa alumni IPMALAY berkunjung ke sekretariat IPMALAY. Pada kesempatan tersebut dialog dan “sharing” tentang berbagai realitas dan permasalahan yang dijumpai pada masing-masing periode menghasilkan sebuah kesimpulan yang masih terlalu kualitatif, sehingga masih terdengar retoris. Adalah sebuah jargon lama, tak kenal maka tak sayang. Kesimpulan tersebut yang ingin diralisasikan dalam sebuah langkah konkrit oleh peserta kunjungan yang berjumlah 16 orang (termasuk pengurus), tergabung dalam 2 mobil yang diupayakan secara swadaya. Rombongan berangkat pada hari Sabtu sore dan kembali setelah 2 hari menikmati sejuknya Bandung dan Bogor.
Antusias adalah kesan yang muncul setelah menjumpai kawan dan saudara di Bandung dan Bogor. Meskipun secara organisasional, kondisi di Bandung dan Bogor bisa dikatakan tidak lebih baik dari IPMALAY, semangat-semangat untuk tetap mempertahankan kebersamaan dan berjuang bersama bagi Labuhanbatu masih dapat menghangatkan perasaan rombongan. Setidaknya, terlepas dari kemungkinan untuk bekerjasama terutama pada momen Lebaran yang dijadwalkan akan padat, mengingat banyaknya agenda yang akan diselesaikan di Rantauprapat, semangat kawan-kawan Bogor dengan lebih terbatasnya SDM dan keterbatasan lainnya patut dijadikan referensi bagi para pengurus IPMALAY dengan kondisi dan berbagai program di Jogja.
Selain mengunjungi beberapa lokasi yang menjadi primadona di kedua kota ini (ITB, Dago, Cihampelas, Puncak), momen tersebut benar-benar tidak disia-siakan oleh para pengurus yang tidak hanya sekedar berbagi, tapi lebih jauh dengan memunculkan alternatif solusi bagi permasalahan organisasional (Bandung) dengan menggagas kemungkinan regenerasi, dan membuka peluang yang dimiliki Bogor yang relatif lebih solid. Bukan tanpa alasan, kesolidan yang dimiliki Bogor adalah sebuah keuntungan dari terkumpulnya kebanyakan mahasiswa Labuhanbatu dalam satu kampus (IPB). Dan kondisi yang berkembang di Bandung lebih dikarenakan banyak dan tersebarnya kampus-kampus di kota kembang ini.
Dan diharapkan dengan langkah awal lewat kunjungan ini, konektivitas dapat terbangun dan tidak muluk untuk menggambarkan sebuah potensi yang luar biasa ketika putra-putra terbaik Labuhanbatu bersama-sama berjuang sekembalinya mereka ke Labuhanbatu, atau dalam waktu dekat dengan agenda yang dipunyai masing-masing pada kesempatan Lebaran.
IPMALAY Accoustic Night, Ngeband Resto, 9 Oktober 2004.
Tidak lama berselang dari kegiatan-kegiatan rutin dan kunjungan ke Bandung dan Bogor, IPMALAY kembali mengadakan sebuah acara dalam rangka membangun jaringan ke luar batas internal IPMALAY. Motivasi yang tetap diperjuangkan dari kegiatan ini masih dalam upaya membangun brand IPMALAY, baik untuk tujuan ke dalam IPMALAY sendiri maupun ke luar IPMALAY. Acara yang diadakan di Ngeban Resto yang kental dengan nuansa tradisional, digabung dengan penampilan sebuah band akustik, adalah sebuah upaya baru untuk mengemas frame organisasi daerah seperti IPMALAY menjadi lebih familier dengan kejiwaan anggota yang menjadi bagian di dalamnya. Namun gambaran bahwa dengan acara yang lebih “soft” tersebut, suasana yang lebih “renyah” dapat terwujud, sepertinya tidak beralasan. Di awal acara, masih terlihat kecanggungan dari para hadirin, terlebih anggota IPMALAY sendiri untuk “membaur” dengan para tamu. Seakan-akan tanggungjawab sebagai tuan rumah adalah veto dari pengurus. Secara keseluruhan, suasana lebih “cair” mulai muncul menginjak beberapa acara berikutnya sesudah beberapa formalitas dari pengurus.
Terlepas dari gagasan untuk menyelenggarakan acara yang lebih familier, pada kesempatan ini, IPMALAY mengundang beberapa organisasi dari daerah lain baik yang sama-sama dalam level organisasi daerah tingkat kabupaten maupun beberapa perwakilan dari level propinsi, seperti Makasar, dan Sumut. Pada awalnya, akan diundang setidaknya perwakilan dari 10 organisasi daerah, tapi terbatasnya waktu dari persiapan sampai waktu pelaksanaan acara sendiri di samping pertimbangan efektifitas dalam menjajaki potensi kerjasama, akhirnya 2 organisasi tersebut yang diundang. Dan bukan tanpa sebuah kesepakatan baru ketika akhirnya dari pertemuan ini, muncul agenda-agenda program kerjasama semacam seminar bersama KPMT (Makasar) dan agenda Mudik Bareng (Bukit Barisan, Sumut), termasuk agenda buka puasa bersama mahasiswa Sumatera Utara se Jogja.
Terkait dengan motivasi ke dalam IPMALAY yang selama ini masih berkutat dengan persoalan kurangnya respon dari anggota yang berakibat tidak tersampaikannya gagasan-gagasan dan ide-ide baru, terdengar sangat ironis jika dengan permasalahan tersebut, IPMALAY terkungkung dalam tempurung masalah internal. Sebagaimana harapan-harapan sebelumnya, bahwa dengan langkah-langkah yang lebih bersifat “keluar” tersebut, antusiasme anggota yang merasa tidak cukup hanya berhadapan dengan tawaran yang “itu-itu aja”, dapat didongkrak, demikian juga dengan penyelenggaraan IPMALAY Accoustic Nights. Optimalisasi kinerja pengurus dan berbagai sumbangan dari SC (Standing Committee) yang pada malam itu “habis-habisan”, dapat direspon dan ditanggapi tidak sekedar bentuk penghargaan terhadap para pengurus, tapi lebih penting dari itu bahwa ini semua bukanlah dalam rangka menjawab kebutuhan pengurus, tapi lebih pada sebuah kesadaran kritis tentang berbagai realitas dan tanggungjawab kita pada IPMALAY, pada masyarakat Labuhanbatu, dan akhirnya masyarakat Indonesia.
BUKA BERSAMA DAN MUDIK BARENG IPMALAY 2004
Padatnya rangkaian kegiatan diatas tampaknya masih belum cukup bagi sebuah paradigma baru yang ingin diwujudkan dari periode kepengurusan sekarang ini. Sebagai wujud tindak lanjut dari pertemuan-pertemuan dengan berbagai organisasi daerah pada even IPMALAY Accoustic Nights yang lalu, pengurus mendapatkan berbagai tawaran dari ikatan mahasiswa se-Sumut yang tergabung di Asrama Bukit Barisan. Salah satu kerjasama yang akan dikerjakan bersama adalah buka bersama, untuk membuka forum silaturahmi tidak hanya dalam lingkup kabupaten, dan kegiatan Mudik Bareng yang akan diadakan pada 6 Nopember 2004. Dalam suasana awal bulan ramadhan, beberapa koordinasi dilakukan oleh pengurus IPMALAY terkait dengan acara tersebut. Acara buka bersama akan diselenggarakan di Jl,Kaliurang,di kediaman salah satu Alumni mahasiswa Bukit Barisan. Solidnya barisan dalam tubuh IPMALAY sendiri adalah sebuah kontribusi yang luar biasa dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas yang melibatkan pihak di luar IPMALAY, sampai akhirnya kerjasama tersebut dapat terlaksana dengan baik dan berkesinambungan.
Menjelang akhir bulan Oktober, nuansa yang terasa dari mahasiswa-mahasiswa yang menjalani studinya di “rantau”, adalah kesibukan menjelang kepulangan mereka ke kampung halaman. Tidak terkecuali IPMALAY. Semangat-semangat untuk kembali berkumpul bersama anggota keluarga yang mereka tinggalkan mengalahkan berbagai keterbatasan energi yang ada sepanjang puasa ramadhan ini
Kegiatan Mudik Bareng 2004 ini terbilang baru bagi IPMALAY. Dengan kontribusi sebesar Rp. 340.000,00, anggota IPMALAY dapat pulang dan mendapatkan berbagai fasilitas. Bus Pariwisata, jatah buka puasa dan sahur 1x, dan kaos Mudik Bareng 2004, adalah beberapa kelebihan dengan harga yang tidak terpaut jauh dibandingkan harga tiket pulang jika mudik sendiri. Dan bukan hanya itu, kebersamaan dalam kegiatan tersebut adalah media bagi silaturahmi antar anggota terutama dalam lingkup internal, sekaligus sebagai bentuk koordinasi berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang akan dikerjakan di Labuhanbatu. Dan mungkin dengan diawali pada periode ini, kegiatan yang relatif baru bagi IPMALAY,seperti Mudik Bareng dan buka puasa bersama organisasi daerah dalam skala yang lebih luas tersebut dapat diarahkan menjadi sebuah kegiatan yang benar-benar bernilai tambah bagi keseluruhan proses bagi IPMALAY sendiri.
IPMALAY & Konggres Pemuda Indonesia 2004
Tindak lanjut dari kinerja yang dikonkritkan dengan berbagai kegiatan sebelumnya, membawa beberapa pengurus IPMALAY pada sebuah level yang lebih kompleks, nasional!. Munculnya gagasan dari Pemkot Jogja menjelang beberapa hari besar nasional terkait dengan dinamika politik dan berbagai realitas sosial yang ada dengan telah terlaksananya pergantian tampuk pemerintahan nasional, wacana dan beragam implementasi konsep otonomi daerah, terutama berkaitan dengan brand yang ingin dibangun oleh DIY, menjadi sebuah celah bagi eksistensi organisasi daerah di Jogja. Setelah beberapa waktu, eksistensi organisasi daerah yang sebatas simbol dan jargon, niatan Pemkot Jogja lewat Konggres Pemuda 2004 adalah media aktualisasi yang strategis bagi kontribusi yang diharapkan muncul dari organisasi daerah bagi kesinambungan pembangunan daerah asal maupun daerah yang menjadi domisilinya saat ini.
Keterlibatan beberapa pengurus IPMALAY dalam even berskala nasional ini tidak terlepas dari beberapa alasan, selain kompetensi dan kapasitas mereka sebagai wakil dari organisasi daerah pada tingkat kabupaten, bahkan mungkin harus overlapping dengan tingkat propinsi setelah kesepakatan yang terbangun antara pengurus IPMALAY dengan jajaran pengurus Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Daerah pada level propinsi Sumut, yang membawa para pengurus juga sebagai wakil dari Sumut dalam konggres tersebut. Dan dengan awalan keterlibatan beberapa bagian IPMALAY dalam sebuah kegiatan berskala nasional, image IPMALAY yang terbangun dapat terjaga sampai pada masa-masa berikutnya, bukan hanya semangat sesaat yang kembali hilang ditelan peradaban.

0 komentar:

 
IPMALAY © 1988 | Designed by Lingkar Dalam Febri, in collaboration with IPMALAY | Ayo Update Kegiatan IPMALAY Dari Sini, Selamat Membaca