SEGUDANG MANFAAT & SEJUTA MARABAHAYA PLTN

Minggu, 10 April 2011

Polemik yang mendera bangsa Indonesia di bidang energi terasa semakin pelik. Berbagai kebijakan energi yang akan diterapkan pemerintah tidak mampu meyakinkan rakyat. Sementara itu, tuntutan pemenuhan kebutuhan energi semakin mendesak. Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020 (Muchlis,2003). Setelah melalui berbagai kajian mendalam, pemerintah memutuskan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pembangkit ini direncanakan akan dibangun di daerah pegunungan Muria. Sebuah daerah berbukit di sebelah utara kota Jepara. Pegunungan Muria dianggap paling memenuhi syarat sebagai tempat berdiri dan beroperasinya PLTN. Selain karena aman dari gempa, daerah Muria juga sangat dekat dengan sumber air (Laut Jawa) yang dibutuhkan untuk mendinginkan reaktor nuklir setelah “lelah” bekerja. Dengan dibangunnya PLTN, pemerintah berharap dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil yang selama ini diandalkan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.

Sebelum jauh melangkah, ada pertanyaan paling mendasar di benak kita semua, yakni sudahkah bangsa kita ini mampu membangun PLTN dan menanggung segala resiko yang mungkin terjadi? Sudah bukan rahasia umum jika PLTN sampai saat ini masih dipertanyakan sistem keamanannya. Tragedi Chernobyl, Three Mile Island di Amerika Serikat dan PLTN Fukushima yang akhirnya beberapa reaktor nuklirnya meledak akibat gempa 8,9 Skala Richer yang diikuti gelombang tsunami di pantai Timur pulau Honshu, Jepang. Bencana ini seharusnya memberi pelajaran bagi pemerintah Indonesia ketika ingin mencetuskan ide pembangunan PLTN.

Teknologi tinggi PLTN hingga kini belum dapat memenuhi janjinya dalam sektor keamanan. Beberapa kecelakaan dan kebocoran kerap terjadi di PLTN seluruh dunia. Hal itu berdampak negatif untuk masyarakat maupun lingkungan. Secara letak geografis, Indonesia sangat berpotensi memilki resiko besar untuk sebuah reaktor PLTN. Wilayah Indonesia yang di kelilingi gunung berapi aktif dan berada di dua lempeng bumi, Indonesia amat rentan akan terjadi gempa bumi.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa PLTN memiliki segudang kelebihan dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya. Beberapa kelebihan itu yakni tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas), tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia, sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal), biayabahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan. Meskipun PLTN memiliki segudang manfaat, akan tetapi sejuta marabahaya selalu mengiringi jika terjadi kecelakaan nuklir seperti yang terjadi seperempat abad yang lalu, di PLTN Chernobyl Ukraina (saat itu masih bagian dari Uni Soviet) meledak dan melepaskan radiasi tinggi selama 10 hari pertama setelah kecelakaan itu terjadi, dan membuat daerah yang cukup jauh dari pusat PLTN tersebut terkontaminasi seperti wilayah Skandinavia, Yunani, Eropa Tengah dan Timur, Jerman Selatan, Perancis Utara dan Inggris. Dan efek negatif dari radiasi itu masih terasa hingga saat ini.

Penjelasan singkat ini mengajak kita semua khususya pemerintah selaku pemangku kebijakan Negara ini untuk mempertimbangkan kembali mengenai pembangunan PLTN di Indonesia. Mengingat bahwa ancaman radiasi nuklir amat sangat mengancam keberadaan dan kehidupan umat manusia dibumi ini. Adalah lebih baik mencegah kemudharatan dari pada mengedepankan sesuatu hal yang dianggap sebagai kemaslahatan .

PRESENTED BY : SUNNAHRI

2 komentar:

  1. yudhi mengatakan...:

    Aahhhh artikel ini terlalu menakut-nakuti rakyat, padahal sampai saat ini sudah 450 lebih PLTN beroperasi di dunia. Yang mengejutkan, negara yang memiliki PLTN justru menjadi negara yang maju dan sejahtera.
    Kecelakaan PLTN Chernonyl, itu dikarenakan pada jaman dulu (Uni Soviet) adalah negara tertutup sehingga tidak bisa diinpeksi. Selain itu, reaktor Chernobyl ini bukan hanya untuk listrik, dipergunakan juga untuk kepentingan lain dalam kemiliteran. Reaktor ini tidak memiliki sistem keselamatan yang handal. Reaktor ini sudah sangat tua dan tidak ada lagi jenis reaktor seperti ini yang beroperasi saat ini. Kalo dulu Uni Soviet negara yg terbuka, bisa dipastikan reaktor ini bakal ditutup karena inspeksi yang ketat.
    Selain Chernobyl, PLTN yang lainnya aman kok. Coba bandingan dengan kecelakaan mati akibat naek motor, mobil, bahkan jalan kaki.

  1. Anonim mengatakan...:

    nggak usah bikin blok yg enggak2 kalo anda belum berpengalaman di bidangnya..Lebih baik bertanya kepada ahlinya seperti BATAN ( Badan Tenaga Atom Nasional )

 
IPMALAY © 1988 | Designed by Lingkar Dalam Febri, in collaboration with IPMALAY | Ayo Update Kegiatan IPMALAY Dari Sini, Selamat Membaca