Story of Napak Tilas IPMALAY I (Rute : Sekretariat – Parangtritis)

Selasa, 17 Mei 2011

Rute : Sekretariat IPMALAY (Jalan Wakhid Hasyim, Ring Road Utara) – Pantai Parangtritis

Waktu tempuh : ± 10 Jam (03.49 AM – 14.00 PM)

Jarak Tempuh : ± 39.7 – 41 KM

Terduduk di atas tembok beton yang di jadikan sebagai pagar sekaligus penghalang jika tiba-tiba air pasang di pinggir pantai ini kami memandang jauh ke tengah-tengah laut yang terasa sangat luas tak bertepi, angin terasa keras menerpa badan menyebabkan gumpalan air di atas air dangkal sana menjadi besar. Bergulung-gulung bebas menghantam pasir di sepanjang pesisir pantai ini, dari sini kami mendengar suara TOA dari tim sar yang tidak henti-hentinya mengingatkan pengunjung untuk berhati-hati berenang dan tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Inilah Pantai Parangtritis, pantai yang tak pernah surut pengunjungnya dari para wisatawan baik nasional maupun internasional, pantai yang kata mereka (baca ; masyarakat jawa) menyimpan segudang kekuatan mistis karena di diami oleh sang penguasa ratu kidul. Aih…, kami tidak pernah tau keaslian cerita yang selalu turun temurun di tanah ini, menyebabkan kami terkadang menjadi acuh terhadap kondisi ekstrim yang selalu mereka kait-kaitkan dengan cerita dulu itu.

16.40 PM (Parangtritis)

Suara deru ombak, semilirnya angin, jeritan manusia-manusia usil, suara nyaring TOA dari mulut bapak tim SAR di atas lantai dua di posko menjadi obat lelah setelah seharian kami berjalan. Tembok ini menjadi pemberhentian terakhir kami di lokasi ini, tembok yang dirasa kokoh untuk menahan beban kami yang cukup berat karena hanya makan + tidur saja. Sengaja kami istirahatkan tubuh ini karena sudah 10 jam kami nonstop berjalan tanpa berhenti lama untuk sengaja mengistirahatkan tubuh, tubuh yang dirasa sudah cukup limpung karena dipaksa berjalan di kondisi cuaca yang kurang bersahabat.

14.00 PM (Parangwedang)

Hangatnya air belerang di Parangwedang sedikit membantu meringankan lelah dan sakit di seluruh tubuh karena perjalanan tadi, sudah tidak sadar kalau kedua kaki ternyata melepuh dan memerah seperti tomat yang mau di sambal ibu di rumah. Pantas saja hampir tidak bisa jalan, ternyata kondisi kaki sudah di luar dugaan J. Awalnya sempat tergeletak di aula lokasi pariwisata untuk antri masuk ke ruangan mandi yang hanya tersedia beberapa sementara pengunjung cukup banyak, bersabar sedikit tidak masalah daripada tidak sama sekali J.

Awalnya sempat terharu ketika dari jauh melihat papan plank parangwedang, karena mengisaratkan bahwa kami sudah sampai di lokasi tujuan. Hendak berlari sekuat tenaga walau akhirnya harus tertatih juga, bahkan saling berpegangan satu sama lain karena sudah tidak mampu menopang badan.

13.00 (Gerbang Retribusi)

Gerbang yang menjadi awal pertanda bahwa kami sudah berada di wilayah pariwisata sekaligus gerbang yang memberitahu kami bahwa kondisi tubuh sudah mulai menipis kekuatannya, “kondisi baterai tinggal satu kapten” tercetus dari sahabat yang ikut dalam acara ini mengindikasikan apakah benar masih bisa di lanjutkan. Hampir saja putus asa karena dirasa tujuan masih sangat jauh sementara kondisi tubuh semakin lelah, ditambah bis angkutan yang semakin banyak lewat dan sengaja berhenti untuk mengajak kami ikut bergabung didalamnya. J Tapi godaan itu masih bisa di hancurkan dengan niatan yang sudah terpatri kuat sebelumnya, sia-sia perjuangan yang dijalani jika pada akhirnya harus mencari jalan pintas yang sebenarnya juga tidak dibenarkan dalam acara ini. teringat kata-kata “tunduk tertindas atau bangkit melawan, karena mundur adalah penghianatan”, menjadikan kami tetap teguh untuk menyelesaikan proses ini sampai akhir.

09.00 AM (Pasar Gabusan)

Terlihat sebuah gong raksasa yang menjadi symbol dari pasar gabusan yang berisi banyak aksesoris para seniman Yogyakarta yang sudah tidak diragukan lagi kualitas hasil kerjanya, terlihat juga waterpark baru yang berada tepat didepan Gong. Sepertinya masih baru beberapa bulan dibuka, tapi pengunjungnya sudah cukup banyak sampai antri. Kondisi pagi yang asri di daerah ini menjadikan perjalanan semakin bersemangat, matahari hangat menyentuh permukaan kulit seakan menyapa dan mengingatkan kami untuk tetap terus berjalan sampai tujuan. Banyak masyarakat yang berlalu lalang menggunakan beraneka ragam kendaraan, mulai dari sepeda sebagai roda dua sampai mobil beroda empat, mulai dari anak-anak sampai orang yang sudah lanjut usia semua tumpah ruah ke jalanan untuk ikut menikmati kondisi pagi yang menyuguhkan harmoni.

03.49 AM (Sekretariat IPMALAY)

Menyusuri jalanan yang diterangi lampu penerangan, di Yogyakarta kondisi penerangan jalan terbilang sangat baik. Hampir disetiap tiang PLN terdapat lampu penerangan menjadi bukti perdulinya pemerintah daerah terhadap prasarana umum yang berujung pada kepentingan umum dan kepentingan bersama, jalanan menjadi terlihat jelas walaupun tidak menggunakan senter yang biasa digunakan sebagai alat bantu penerangan. Di jam ini sepertinya masih banyak orang-orang yang tertidur pulas, waktu dimana suhu kota ini menjadi sedikit bertambah dingin sehingga selimut terkadang sering dianggap sebagai penyelamat yang sangat membantu, waktu dimana kota ini terasa sepi dari keramaian yang ditunjukkan 7 s/d 9 jam sebelumnya. Sementara di waktu ini kami sudah sibuk mencari jalan yang tidak berbatu dan tergenang air, mencari jalan yang paling halus sehingga mempermudah dan mempercepat gerak. Kondisi cuaca hari ini terasa dingin, cuaca pagi yang memaksa kami lebih asyik untuk mengenakan jaket. Sebelumnya kami melepaskan diri dari secretariat IPMALAY dengan doa supaya tidak terjadi halangan yang berarti sehingga agenda ini bisa dijalankan dengan maksimal dan mengahasilkan proses yang baik. Berharap semoga kondisi cuaca tidak seburuk belakangan hari yang sering hujan dan panas yang cukup terik, sehingga menyebabkan cepat haus.

0 komentar:

 
IPMALAY © 1988 | Designed by Lingkar Dalam Febri, in collaboration with IPMALAY | Ayo Update Kegiatan IPMALAY Dari Sini, Selamat Membaca